London – Gelombang antusiasme dari para pendukung Arsenal untuk menciptakan atmosfer spektakuler di Emirates Stadium menghadapi Paris Saint-Germain (PSG) dalam laga semifinal Liga Champions harus meredup lebih awal. Klub berjuluk The Gunners itu menolak tiga rancangan koreografi yang diajukan oleh kelompok suporter Ashburton Army, meski proyek tersebut sepenuhnya didanai oleh para fans sendiri.

Langkah klub tersebut memunculkan rasa kecewa yang mendalam di kalangan pendukung. Ashburton Army, yang dikenal sebagai kelompok suporter paling vokal dan kreatif di Emirates, sebelumnya telah berhasil menggalang dana lebih dari £12.000 dalam waktu singkat untuk mewujudkan koreografi akbar tersebut.

Rancangan yang diajukan bukan sekadar tampilan visual, melainkan mengusung konsep yang sarat makna. Terinspirasi dari serial kriminal asal Spanyol, Money Heist (La Casa de Papel), koreo tersebut dirancang untuk menyalakan semangat tempur Arsenal di malam penting tersebut. Salah satu desain paling mencolok adalah ilustrasi papan catur raksasa yang diiringi pesan provokatif: “One by one, they fall” — sebuah gambaran simbolis bahwa lawan akan ditaklukkan satu demi satu.

Tak hanya itu, tajuk “La Casa de Mikel” diusulkan sebagai penghormatan kepada pelatih Mikel Arteta, sosok di balik kebangkitan Arsenal dalam kompetisi elite Eropa musim ini. Koreografi tersebut didesain tak hanya untuk menyalakan semangat pemain, tapi juga sebagai bentuk sindiran balik terhadap koreografi Real Madrid yang sempat menyulut atmosfir panas saat perempat final lalu.

Arsenal Tak Beri Lampu Hijau
arsenal tak beri lampu hijau

Namun pada Kamis, 24 April 2025, Ashburton Army menyampaikan pernyataan resmi bahwa semua desain yang mereka ajukan telah ditolak oleh manajemen klub. Dengan keputusan itu, rencana untuk memajang koreo raksasa di tribune Clock End resmi dibatalkan. Uang yang telah dikumpulkan pun akan dikembalikan sepenuhnya kepada para donatur.

“Dalam waktu kurang dari 24 jam, fans Arsenal berhasil mengumpulkan lebih dari 10.000 pound untuk mendanai koreo terbesar kami,” tulis Ashburton Army dalam pernyataannya.

“Sayang, klub menolak desain yang kami ajukan dan tidak akan ada koreo di Clock End. Semua dana akan kami kembalikan sepenuhnya,” lanjut mereka.

Meskipun rencana visual megah itu gagal diwujudkan, semangat tak padam. Ashburton Army tetap menyerukan agar para suporter hadir dengan energi penuh dan menyanyikan lagu-lagu dukungan dengan lantang dari awal hingga peluit panjang berbunyi.

“Kami tetap butuh dukungan kalian semua. Bawa semangat, nyanyikan lagu-lagu, dan tunjukkan bahwa kita berada di belakang tim ini,” ajak mereka.

Standar Atmosfer Baru di Emirates

Tak bisa dimungkiri, Ashburton Army telah menetapkan standar baru dalam menciptakan atmosfer kandang yang menakutkan untuk lawan. Pada laga perempat final sebelumnya melawan Real Madrid, mereka mencuri perhatian lewat koreografi epik yang menampilkan legenda Arsenal, Thierry Henry.

Koreo itu menggambarkan momen emas dari tahun 2006 ketika Henry mencetak gol ikonik ke gawang Los Blancos. Tampil megah di Clock End, koreografi tersebut menjadi simbol kebangkitan dan kebanggaan Gooners.

Sebagai pelengkap atmosfer, Emirates kala itu disulap dengan kantong plastik merah-putih yang menghiasi setiap kursi, asap merah pekat menyambut para pemain, serta pesta kembang api yang menyala sebelum kickoff. Klub juga memberikan promo minuman menarik: beli satu gratis satu selama satu jam pertama pembukaan stadion.

Meski untuk laga melawan PSG belum ada pengumuman resmi terkait pengganti koreografi dari klub, banyak pihak yakin Arsenal tetap akan mengandalkan kekuatan visual dan suara dari tribun untuk menciptakan malam yang membara.

Mikel Arteta dan Arsenal Malam Penuh Magi
arsenal dan arteta magi

Mikel Arteta, juru taktik Arsenal, tak mampu menyembunyikan kekagumannya terhadap atmosfer luar biasa yang tercipta saat timnya menundukkan Real Madrid.

“Itu malam yang indah di panggung tertinggi Liga Champions, melawan tim yang mendominasi kompetisi ini. Performa kami luar biasa dalam suasana yang luar biasa, sesuatu yang belum pernah saya saksikan di sini. Kami menciptakan malam yang magis,” ujar Arteta usai pertandingan.

Pernyataan sang manajer menjadi bukti bahwa atmosfer bukan hanya elemen pendukung, melainkan bagian penting dari narasi kemenangan Arsenal.

Fokus Kini ke 90 Menit Penentuan

Walau koreografi spektakuler harus dibatalkan, para penggemar Arsenal tahu betul bahwa energi dari tribun tetap bisa menjadi faktor penentu. Emirates Stadium, yang telah berubah menjadi benteng kokoh bagi The Gunners, akan kembali dihidupkan lewat nyanyian, yel-yel, dan dukungan penuh dari seluruh penjuru stadion.

Laga melawan PSG bukan hanya semifinal biasa. Ini adalah pertaruhan besar untuk menembus partai final, sebuah mimpi yang telah lama diidam-idamkan para penggemar setelah bertahun-tahun puasa dari panggung tertinggi Eropa.

Kini, semangat kolektif menjadi satu-satunya senjata fans. Koreografi boleh saja ditiadakan, tapi atmosfer yang membakar semangat dan gelombang suara dari ribuan Gooners di tribun tak akan bisa dibungkam

By Raisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *